23 Kini
Siang itu aku pergi ke SMA 23 Bandung. Aku pergi untuk
berkumpul bersama teman-teman SMA. Aku berangkat bersama salah satu teman
terbaikku. Setibanya aku dan temanku di depan gerbang SMA 23, kami pun langsung
berjalan lurus dan kemudian memarkirkan motor di parkiran utama di depan kantin
SMA 23 Bandung. Kantin super panjang yang menghadap ke parkiran utama ini terdiri
atas 12 warung makanan yang berjajar dengan rapinya. Di depannya disediakan
bangku panjang dan kursi yang saling berhadapan. Aku dan temanku pun langsung
mendatangi teman-teman yang sudah duduk dengan tidak rapinya di depan warung no
4. Kami pun langsung membaur dengan yang lain. Bersalaman dengan teman pria dan
berpelukan dengan teman wanita. Bercerita mengenai kehidupan baru kami setelah
keluar SMA. Mengenang kembali masa-masa indah saat SMA. Bermain kartu dan
bercanda bersama dengan riangnya.
Tidak terasa saat itu waktu menunjukan pukul 1 siang. Aku
dan teman terbaikku pun bergegas pergi ke mushala sekolah yang berada di dalam.
Kami pun berjalan menuju pintu masuk yang berada di pojok kanan sekolah. Adapun
pintu masuk utama yang berada di tengah sekolah, namun pintu itu lebih sering
terkunci. Setelah melewati pintu masuk, kami belok ke arah kiri mengikuti
jalan. Kulihat di sebelah kanan, gedung 3 yang dulu hanya berlantai 2 kini
telah bertambah tinggi 1 lantai. Setelah sejenak melihat-lihat, kami pun
berjalan memasuki koridor gedung 1 yang kini tampak gagah berdiri setelah
kerusakannya. Kerusakan akibat gempa di Tasik tahun 2010 lalu. Untungnya saat
itu aku sedang les di rumah guruku. Berbeda dengan 2 orang temanku yang pada
saat itu sedang berada di ruang komputer, lantai 3, gedung 1 ini. Mereka merasakan
kuatnya guncangan gempa saat itu. Untungnya mereka selamat tanpa mengalami
cedera. Setelah mengenang peristiwa gempa itu, kami pun kembali berjalan sambil
mengamati lapangan yang kala itu tampak sunyi tanpa kehadiran seorang pun.
Bahkan aku pun tak melihat sosok Aryo. Seorang lelaki berketerbelakangan mental
yang menghabiskan hidupnya tinggal di SMA 23 Bandung ini. Aryo yang selalu
tampak dengan mengenakan baju seragam SMA itu selalu berkeliling mengelilingi
SMA 23 Bandung dengan sepeda ontelnya. Terkadang aku pun melihat ia sedang
melaksanakan ibadah shalat di mushala sekolah. Mengingatkan aku untuk bergegas
pergi ke mushola untuk melaksanakan ibadah shalat. Aku dan temanku pun berjalan
mengikuti arah koridor dan belok ke kanan sebelum toilet yang berada di ujung
sebelah kanan koridor. Saat hendak berwudhu, aku pun terkejut dengan tempat
wudhu baru yang berada di sebelah kananku. Di samping tempatku berwudhu, ada
sebuah kolam ikan yang dulu menjadi tempat pemotretan aku dan teman-temanku
kala menghabiskan waktu luang sepulang sekolah. Setelah selesai berwudhu dan
mengenang kembali tempat pemotretan yang kini telah menjadi kolam ikan itu, aku
dan temanku pun berjalan ke mushola yang tepat berada di seberang tempatku
berwudhu tadi. Setelah melepas sepatu, aku pun menyeberangi jembatan kecil
penghubung antara koridor dan mushola dengan hati-hati agar tidak tercebur ke
kolam yang tepat berada di bawah mushola. Suasana hening membuatku dan temanku
dapat shalat tanpa gangguan, hingga teman-temanku yang lain datang dan sedikit
membuyarkan konsentrasiku. Mereka bertengkar dan saling meunjuk siapa yang akan
menjadi imam hinggan ada seseorang yang mengalah dan bersedia untuk menjadi
imam. Setelah aku selesai melaksanakan shalat, aku dan teman-temanku pun
kembali ke kantin. Aku pergi ke kantin dengan menggunakan sepeda milik temanku.
Bermain dan berputar mengelilingi kolam. Bersepeda di koridor gedung 2 yang
dulu merupakan tempatku melaksanakan UN. Gedung yang menjadi tempatku
menghabiskan detik-detik terakhir di SMA 23 Bandung ini. Setelah itu, aku pun
bergegas kembali ke kantin, menemui teman-temanku yang sudah tampak menunggu.
Setelah semuanya bekumpul di kantin, kami pun berencana untuk pergi ke BSM.
Menghabiskan sisa waktu hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar